Lukisan Dinding Gua Leang-Leang: Media Sosial Pertama Manusia?

Lukisan di gua Leang-Leang juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada sesama dan generasi berikutnya.
Penulis: - 09 Maret 2025
Lukisan Dinding Gua Leang-Leang: Media Sosial Pertama Manusia?

Di era digital saat ini, Facebook menjadi salah satu platform media sosial paling populer di dunia. Melalui Facebook, manusia dapat berbagi cerita, pengalaman, dan ekspresi diri dengan orang lain.

Namun, tahukah kita bahwa jauh sebelum era internet, nenek moyang kita telah memiliki bentuk "media sosial" sendiri? Salah satu buktinya adalah lukisan dinding gua tertua di Leang-Leang, Maros, Sulawesi Selatan.

Leang-Leang: Jejak Komunikasi dari 45.000 Tahun yang Lalu

Leang-Leang adalah situs gua prasejarah di Sulawesi Selatan yang terkenal karena lukisan-lukisan dindingnya. Berdasarkan penelitian, lukisan tangan dan gambar babi kerdil yang ditemukan di gua ini diperkirakan berusia sekitar 45.500 tahun. Lukisan ini diyakini sebagai salah satu bentuk komunikasi visual tertua di dunia, yang menggambarkan kehidupan dan keyakinan masyarakat zaman itu.

Sama seperti Facebook yang memungkinkan manusia untuk berbagi perasaan, pemikiran, dan peristiwa penting, lukisan di gua Leang-Leang juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada sesama dan generasi berikutnya.

Kemiripan Lukisan Dinding Gua dengan Media Sosial Modern

Jika kita melihat lebih dalam, ada beberapa kesamaan menarik antara lukisan gua prasejarah dan media sosial modern seperti Facebook:

  1. Ekspresi Diri

    • Lukisan tangan di dinding gua bisa dianggap sebagai "profil" manusia purba, di mana mereka meninggalkan jejak keberadaannya.
    • Sama seperti kita mengunggah foto profil di Facebook untuk menunjukkan identitas kita kepada orang lain.
  2. Berbagi Cerita dan Pengalaman

    • Gambar hewan buruan dan aktivitas manusia di gua bisa diartikan sebagai cara mereka berbagi cerita kepada sesamanya atau kepada generasi selanjutnya.
    • Sama seperti kita membagikan status, foto, atau video tentang pengalaman hidup kita di media sosial.
  3. Pewarisan Pengetahuan

    • Lukisan di gua tidak hanya sebagai seni, tetapi juga sebagai bentuk dokumentasi dan penyebaran informasi tentang cara hidup, kepercayaan, dan budaya mereka.
    • Seperti Facebook yang memungkinkan kita menyimpan kenangan dalam bentuk foto dan tulisan yang bisa diakses kapan saja.
  4. Interaksi Sosial

    • Lukisan ini kemungkinan besar dibuat untuk dilihat oleh orang lain pada masanya, sebagai sarana komunikasi antar kelompok.
    • Seperti fitur komentar atau “like” di Facebook yang memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang lain secara daring.
Lukisan dinding gua di Leang-Leang Maros.

Dari Gua ke Digital: Evolusi Cara Berkomunikasi

Penemuan lukisan dinding di Leang-Leang membuktikan bahwa sejak zaman dahulu, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk berkomunikasi, mengekspresikan diri, dan berbagi informasi dengan sesama.

Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi manusia bertransformasi dari gambar di dinding gua menjadi tulisan, cetakan, radio, televisi, hingga media sosial digital seperti Facebook.

Lukisan gua di Leang-Leang adalah bukti bahwa kebutuhan manusia untuk berkomunikasi sudah ada sejak puluhan ribu tahun lalu. Perbedaannya hanya terletak pada medium yang digunakan—dari dinding batu hingga layar sentuh.

Kesimpulan

Jika manusia purba memiliki Leang-Leang sebagai "Facebook" mereka, maka kita saat ini memiliki media sosial digital sebagai sarana berbagi. Terlepas dari teknologinya, esensi dari komunikasi tetap sama: berbagi kisah, membangun hubungan, dan meninggalkan jejak bagi generasi berikutnya.

Jadi, apakah media sosial adalah fenomena baru? Tidak sepenuhnya. Media sosial mungkin berevolusi, tetapi intinya sudah ada sejak zaman manusia pertama kali melukis di dinding gua.