Letnan Komaruddin: Balada Pejuang yang Kebal Peluru

Letnan Komaruddin bertempur dengan keberanian yang luar biasa, seolah tidak memiliki rasa takut sedikit pun terhadap kematian.
Penulis: - 03 Maret 2025
Letnan Komaruddin: Balada Pejuang yang Kebal Peluru

Di medan pertempuran, di mana peluru berdesingan dan kematian mengintai di setiap sudut, ada satu nama yang menggema dengan cerita luar biasa, Letnan Komaruddin dari Kepulauan Kei, Maluku. Sosoknya bukan sekadar seorang pejuang biasa, tetapi seorang legenda hidup yang menantang maut dengan cara yang tak masuk akal.

Setiap kali ia maju ke medan perang melawan Belanda, peluru-peluru yang beterbangan seakan tak menyentuhnya. Entah karena kebetulan, entah karena doa dan keberuntungan, atau mungkin memang karena ia memiliki kekuatan yang tak bisa dijelaskan, yang jelas satu hal: Letnan Komaruddin tidak pernah terkena peluru. Keajaiban inilah yang membuatnya begitu ditakuti sekaligus dihormati, bahkan oleh musuhnya sendiri.

Legenda di Medan Perang

Letnan Komaruddin bukanlah seorang prajurit biasa. Ia bertempur dengan keberanian yang luar biasa, seolah tidak memiliki rasa takut sedikit pun terhadap kematian. Ketika anak buahnya bersembunyi di balik pohon atau parit, ia justru berdiri tegak di tengah-tengah tembakan musuh, seakan menantang maut itu sendiri.

Ada cerita yang selalu diceritakan kembali oleh mereka yang pernah bertempur bersamanya: di satu pertempuran, pasukan Belanda menembakkan rentetan peluru ke arahnya, namun anehnya, tak satu pun yang mengenainya. Peluru-peluru itu meleset begitu saja, sementara Komaruddin hanya tertawa. Ia bahkan sering mengejek tentara Belanda di hadapan mereka, berteriak, "Hei, apakah kalian buta atau memang tidak bisa menembak?!"

Kemampuannya ini bukan hanya menjadi sumber keberanian bagi para pejuang Indonesia, tetapi juga menjadi mimpi buruk bagi pasukan Belanda. Bagaimana mungkin seorang manusia tidak terkena peluru dalam pertempuran yang begitu sengit? Apakah ia benar-benar kebal? Atau hanya keberuntungan semata?

Mengacaukan Serangan Umum 1 Maret

Keberaniannya yang luar biasa kadang membawa masalah tersendiri. Salah satu insiden paling terkenal adalah saat menjelang Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Serangan besar ini telah direncanakan secara matang, dengan strategi yang dirancang oleh Sultan Hamengkubuwono IX, Kolonel Suharto, dan para pejuang lainnya. Rencananya, serangan akan dilakukan serentak pada pagi hari tanggal 1 Maret.

Namun, Letnan Komaruddin, dengan nyalinya yang tak terbendung, justru bertindak lebih cepat. Malam sebelum serangan, tanpa aba-aba, ia melancarkan serangan sendiri ke pos Belanda. Dengan teriakan perang dan keberanian yang tak tertandingi, ia menyerang lebih dulu, membuat pasukan Belanda kalang kabut.

Jenderal Soedirman (kiri) saat menemui Letnan Komaruddin (tengah).

Akibat aksinya, pasukan Belanda langsung siaga tinggi, dan rencana serangan utama hampir saja berantakan. Para komandan gerilya panik, karena jika musuh sudah waspada, maka seluruh strategi bisa gagal total. Untungnya, kekacauan ini bisa segera diatasi, dan Serangan Umum tetap berlangsung sesuai rencana, meskipun dengan sedikit perubahan taktik.

Komaruddin sendiri? Ia tetap seperti biasanya, tertawa, seolah tak terjadi apa-apa. "Aku hanya tidak sabar untuk menghajar mereka," katanya dengan nada santai.

Akhir dari Legenda

Setelah Indonesia benar-benar merdeka, Letnan Komaruddin tidak banyak disebut dalam catatan resmi sejarah. Namanya lebih dikenal dari cerita para pejuang dan penduduk yang menyaksikan sendiri keberaniannya. Ada yang mengatakan bahwa setelah perang usai, ia kembali ke tanah kelahirannya di Kepulauan Kei, menjalani hidup sederhana tanpa pernah membanggakan dirinya sebagai pahlawan.

Namun, bagi mereka yang mengenalnya, Letnan Komaruddin bukan sekadar seorang tentara. Ia adalah legenda, sebuah kisah hidup yang lebih mirip dongeng, tentang seorang pria yang menantang peluru, menertawakan musuhnya, dan bahkan hampir menggagalkan salah satu serangan terbesar dalam sejarah perang kemerdekaan Indonesia, semua karena keberanian yang tak terbendung.

Hingga hari ini, kisah Letnan Komaruddin tetap hidup dalam cerita rakyat, menjadi bukti bahwa dalam perang, keberanian dan tekad sering kali lebih kuat daripada senjata.