Snouck Hurgronje adalah contoh bagaimana ilmu pengetahuan bisa menjadi alat politik.
Christiaan Snouck Hurgronje adalah seorang sarjana Belanda yang mendalami budaya Oriental dan bahasa Arab. Ia juga menjabat sebagai Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Snouck dikenal sebagai sosok yang memiliki pemahaman mendalam tentang Islam, meskipun ia sendiri bukan seorang Muslim.
Kemampuannya dalam berbahasa Arab dan pengetahuannya mengenai ajaran Islam menjadikannya figur penting dalam kebijakan kolonial Belanda, terutama dalam menghadapi perlawanan rakyat Aceh.
Penelitian Islam dan Penyusupan ke Mekkah
Keseriusan Snouck dalam meneliti Islam membawanya pada langkah yang ekstrem: ia berpura-pura masuk Islam. Dengan identitas barunya sebagai Haji Abdul Ghaffar, ia berhasil menyusup ke Kota Mekkah, sebuah kota suci yang pada saat itu tertutup bagi non-Muslim.
Ia bahkan menghafal Al-Qur'an serta mempelajari tradisi Islam secara mendalam. Snouck menjadi orang Barat pertama yang berhasil memasuki Mekkah tanpa diketahui sebagai non-Muslim.
Penelitiannya mengenai Islam tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga memiliki tujuan strategis untuk kepentingan kolonial.
Dalam suratnya kepada sahabatnya, Gold Ziher, Snouck mengungkapkan bahwa ia hanya berpura-pura masuk Islam agar dapat diterima oleh masyarakat Muslim di Hindia Belanda, yang dianggapnya sebagai kaum yang fanatik.
Peran Snouck dalam Penaklukan Aceh
Salah satu dampak paling signifikan dari penelitian Snouck adalah kontribusinya terhadap strategi Belanda dalam Perang Aceh. Pada saat itu, rakyat Aceh dikenal sebagai pejuang tangguh yang mempertahankan tanah air mereka dengan berlandaskan ajaran Islam.
Belanda mengalami kesulitan dalam menaklukkan Aceh karena kuatnya ikatan antara agama dan perlawanan rakyat.
 |
Christiaan Snouck Hurgronje (ke 2 dari kanan) saat masih muda. |
Berdasarkan hasil studinya, Snouck menyarankan agar Belanda memisahkan pemimpin agama dari pemimpin politik dan militer Aceh.
Strategi ini dilakukan dengan membedakan antara Islam sebagai ajaran agama yang harus dihormati dan Islam sebagai gerakan politik yang harus ditekan. Dengan pendekatan ini, Belanda berhasil melemahkan perlawanan rakyat Aceh secara perlahan.
Warisan dan Kontroversi
Meskipun Snouck Hurgronje dihormati sebagai orientalis dan ilmuwan yang ahli dalam studi Islam, jejaknya dalam sejarah tetap kontroversial.
Bagi banyak orang, ia dianggap sebagai agen kolonial yang memanfaatkan ilmunya untuk kepentingan penjajah, terutama dalam upaya menaklukkan Aceh.
Namun, di sisi lain, karyanya tentang Islam dan budaya Nusantara masih menjadi rujukan bagi para akademisi. Karya-karyanya memberikan wawasan tentang kehidupan Muslim di Hindia Belanda pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Snouck Hurgronje adalah contoh bagaimana ilmu pengetahuan bisa menjadi alat politik. Penelitiannya bukan sekadar untuk memahami Islam, tetapi juga sebagai strategi kolonial untuk mengendalikan rakyat yang berpegang teguh pada agamanya.
Perannya dalam sejarah Indonesia tetap menjadi perdebatan, apakah ia seorang ilmuwan jenius atau sekadar instrumen penjajah yang lihai dalam menyusup dan memanipulasi.