Tetap Sopan Santun Meski Menjelang Eksekusi

Penulis: - 07 Februari 2025
Tetap Sopan Santun Meski Menjelang Eksekusi

Pada pagi yang suram tanggal 16 Oktober 1793, Marie Antoinette, mantan Ratu Prancis, berdiri di atas kereta kayu yang membawanya menuju tempat di mana ia akan dieksekusi. Wajahnya pucat, tubuhnya yang dahulu dihiasi pakaian mewah kini hanya dibalut gaun sederhana putih. Kerumunan massa bersorak, menanti akhir hidup ratu yang pernah mereka cintai namun kemudian mereka benci.

Saat tiba di depan guillotine (alat eksekusi dengan cara memenggal kepala), langkah Marie Antoinette tetap tegak meskipun kematian sudah di depan mata. Dalam keheningan yang mencekam, ia menaiki tangga kayu menuju alat eksekusi. Namun, di tengah langkahnya yang mantap, ia tanpa sengaja menginjak kaki algojo, Charles-Henri Sanson.
Marie Antoinette segera berhenti. Ia menoleh, menatap sang algojo, dan dengan suara lembut namun tegas berkata, "Maafkan saya, Tuan, saya tidak sengaja melakukannya."
Ucapan sederhana ini mengejutkan semua orang yang menyaksikan. Di tengah amarah dan cemoohan massa, di saat ajal begitu dekat, Marie Antoinette masih menunjukkan martabat seorang ratu.
Marie Antoinette dikenal sebagai seorang ratu dengan latar belakang aristokrat yang dibesarkan dalam lingkungan kerajaan Austria. Dalam budaya dan etiket kerajaan Eropa pada masanya, tata krama dan sopan santun sangat dijunjung tinggi, bahkan dalam situasi genting atau menghadapi kematian.
Beberapa saat kemudian, dengan tenang ia meletakkan kepala di bawah bilah guillotine. Dengan satu tebasan cepat, hidup Marie Antoinette berakhir.