Mobil pertama yang tiba di Indonesia, yang saat itu masih dikenal dengan nama Hindia Belanda, memiliki sejarah yang menarik dan unik. Pada tahun 1894, Susuhunan (atau Sultan) Pakubuwono X dari Surakarta, Jawa Tengah, memesan sebuah mobil dari Mercedes-Benz yang berasal dari Jerman. Mobil ini datang ke Indonesia melalui perantara toko barang Pröttel & Co. yang berada di Surabaya. Mobil yang dibeli oleh Susuhunan ini merupakan model Faëton 6-seater dengan mesin 300 cc yang menghasilkan tenaga 5 tenaga kuda (hp), dilengkapi dengan sistem penggerak sabuk dan dua percepatan maju, tetapi tidak dilengkapi dengan gigi mundur.
Susuhunan Pakubuwono X, yang baru saja naik takhta pada tahun 1893, dikabarkan membayar mobil ini dengan jumlah yang sangat besar, yakni 10.000 gulden Belanda, jumlah yang pada waktu itu bisa dianggap sangat fantastis di Hindia Belanda dan bisa digunakan untuk membeli beberapa rumah. Pembelian mobil ini menandai salah satu babak awal sejarah otomotif di Indonesia.
Masa Penggunaan dan Pemindahan Kepemilikan
Mobil Mercedes-Benz ini digunakan oleh Susuhunan Pakubuwono X, meskipun kemungkinan besar kendaraan ini lebih banyak digunakan untuk acara-acara formal dan seremonial, dengan sopir A. Leibholz yang sebelumnya bekerja sebagai seorang perwira KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger). Pada tahun 1924, ketika mobil tersebut sudah tidak lagi digunakan oleh keluarga kerajaan, Susuhunan memutuskan untuk menjualnya kepada A. Tresfon, seorang perwakilan dari perusahaan pelayaran Rotterdamschen Lloyd.
Mobil tersebut kemudian diserahkan kepada anak-anak Tresfon yang menjalankan bisnis mobil di Rotterdam, dengan niat untuk memamerkannya di pameran RAI pada tahun 1924. Meskipun tidak ada bukti pasti apakah mobil ini benar-benar dipamerkan di acara tersebut, sejarah mobil ini berlanjut lebih jauh.
![]() |
Mobil Pertama di Indonesia |
Perjalanan Mobil ke Delft dan Kemudian ke Museum
Pada tahun 1927, mobil Mercedes-Benz yang sudah tidak lagi terpakai itu dipindahkan ke Universitas Teknologi Delft (dulu TH Delft), yang berlokasi di Belanda. Sebelum ada museum teknik di Belanda, mobil ini disimpan di koleksi teknikal di gedung Fakultas Teknik Mesin dan Perkapalan. Mengingat kondisi roda kayu mobil yang sudah sangat buruk, mobil ini diangkut ke Delft menggunakan pakschuit, perahu tradisional Belanda.
Namun, meskipun ada rencana untuk menjadikannya bagian dari museum teknik, rencana tersebut tidak pernah terlaksana. Mobil tersebut akhirnya dipindahkan ke kantor pusat KNAC (Koninklijke Nederlandsche Automobiel Club) di Den Haag, di mana mobil ini bertahan melalui serangan bom pada 3 Maret 1945. Setelah itu, mobil ini dipindahkan ke ruang tengah kantor KNAC di Sophialaan, meskipun tidak ada catatan yang dapat memastikan detail perpindahannya.
![]() |
Pakubuwono X |
Koleksi dan Restorasi Mobil di Museum
Pada akhirnya, mobil ini dipinjamkan kepada Museum Mobil Nasional yang dimiliki oleh G. Riemer di Driebergen, sebuah museum pribadi yang menyimpan banyak koleksi mobil langka. Ketika museum ini ditutup, koleksinya dipindahkan ke Louwman Museum di Leidschendam, yang kini dikenal dengan nama Museum Mobil Nasional Belanda. Pada saat koleksi ini berpindah, mobil Mercedes-Benz itu tetap berada di sana dan ditampilkan sebagai "mobil yang dipinjamkan oleh KNAC."
Meskipun ada rumor bahwa mobil tersebut dijual pada tahun 1972, informasi lebih lanjut mengenai kepemilikan setelah itu tidak begitu jelas. Yang pasti, mobil ini telah dipulihkan dengan sangat baik, hingga mampu mengikuti acara London-Brighton Run, salah satu acara balap mobil klasik paling terkenal di dunia.
Perjalanan mobil pertama yang tiba di Indonesia ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya Eropa terhadap Indonesia pada masa kolonial. Mercedes-Benz yang dibeli oleh Susuhunan Pakubuwono X menjadi salah satu simbol kemewahan dan kemajuan teknologi yang mulai merambah ke penjuru dunia, termasuk ke tanah Hindia Belanda. Dari Surakarta ke Belanda dan akhirnya ke museum otomotif terkemuka, sejarah mobil pertama ini telah menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah otomotif Indonesia dan dunia.