Pertempuran Pulau Kiska: Kesalahan Fatal dalam Sejarah Perang

Pertempuran Pulau Kiska menjadi contoh tragis tentang kesalahan intelijen, paranoid dalam perang, dan pentingnya komunikasi antar-pasukan.
Penulis: - 22 Februari 2025
Pertempuran Pulau Kiska: Kesalahan Fatal dalam Sejarah Perang

Perang Dunia II dipenuhi dengan kisah heroik, strategi brilian, dan pertempuran sengit. Namun, ada satu pertempuran yang begitu ironis dan konyol sehingga hampir sulit dipercaya: Pertempuran Pulau Kiska. Pada 15 Agustus 1943, ribuan pasukan Amerika Serikat dan Kanada menyerbu Pulau Kiska dalam operasi besar-besaran.

Mereka bersiap menghadapi tentara Jepang yang diyakini bersembunyi di pulau tersebut. Namun, kenyataan yang mereka hadapi jauh dari dugaan: tidak ada satu pun tentara Jepang di sana. Yang lebih tragis, pertempuran tetap terjadi, bukan melawan musuh, tetapi di antara pasukan Sekutu sendiri.

Pendudukan Jepang di Kepulauan Aleut

Pada Juni 1942, Jepang melancarkan serangan ke Kepulauan Aleut, Alaska, dan berhasil merebut Pulau Attu serta Pulau Kiska. Ini adalah bagian dari strategi Jepang untuk mengalihkan perhatian Sekutu dari operasi mereka di Pasifik. Namun, pendudukan ini tidak berlangsung lama. Setelah pertempuran sengit di Pulau Attu pada Mei 1943, Sekutu memutuskan untuk merebut kembali Pulau Kiska.

Berdasarkan laporan intelijen, sekitar 5.000 tentara Jepang diyakini masih bertahan di pulau tersebut. Dengan pengalaman brutal di Attu yang menelan banyak korban, Amerika dan Kanada mempersiapkan diri untuk pertempuran yang panjang dan berdarah.

Operasi Cottage: Penyerbuan yang Menggelikan

Pada 15 Agustus 1943, lebih dari 34.000 pasukan Sekutu mendarat di Pulau Kiska. Mereka maju dengan kewaspadaan tinggi, bersiap menghadapi jebakan, penembak jitu, dan pertempuran jarak dekat. Namun, seiring berjalannya waktu, sesuatu terasa aneh. Tidak ada tembakan musuh, tidak ada gerakan mencurigakan, bahkan tidak ada satu pun tentara Jepang yang terlihat.

Yang tidak diketahui pasukan Sekutu adalah bahwa Jepang telah meninggalkan pulau itu sejak 28 Juli 1943. Dalam operasi evakuasi rahasia yang luar biasa sukses, seluruh garnisun Jepang melarikan diri menggunakan kapal perang di tengah kabut tebal tanpa terdeteksi oleh angkatan laut Amerika.

Alih-alih menyadari fakta tersebut, pasukan Sekutu yang kebingungan justru mulai mengalami ketakutan berlebihan dan paranoid. Mereka mulai melihat bayangan, mendengar suara, dan merasa bahwa Jepang bersembunyi di setiap sudut pulau. Inilah awal dari pertempuran melawan diri sendiri. Dalam kondisi berkabut dan penuh ketegangan, berbagai insiden tragis terjadi.

Pasukan Amerika mendarat di Pulau Kiska.

Karena kurangnya komunikasi dan ketakutan yang meningkat, pasukan Amerika dan Kanada saling menembak satu sama lain, mengira mereka sedang menghadapi tentara Jepang. Beberapa tentara Sekutu menginjak ranjau yang ditinggalkan Jepang, menambah kepanikan di seluruh pulau. Kabut tebal, hujan dingin, dan medan berbatu menyebabkan banyak kecelakaan fatal, termasuk tentara yang jatuh ke jurang.

Selama dua hari penuh, pertempuran melawan bayangan ini terus berlanjut. Baru setelah pencarian menyeluruh dilakukan, barulah Sekutu menyadari tidak ada satu pun tentara Jepang yang tersisa di Kiska. Mereka telah berperang melawan diri sendiri.

Korban Jiwa Tanpa Musuh

Tanpa ada musuh yang nyata, Sekutu tetap mengalami lebih dari 300 korban jiwa, termasuk yang tewas akibat friendly fire (tertembak oleh teman sendiri), ranjau, dan kondisi alam yang ekstrem. Ini adalah salah satu insiden paling ironis dalam sejarah perang, pertarungan yang direncanakan secara matang, melibatkan ribuan tentara, tetapi tidak memiliki lawan sama sekali.

Pertempuran Pulau Kiska menjadi contoh tragis tentang kesalahan intelijen, paranoid dalam perang, dan pentingnya komunikasi antar-pasukan. Meskipun tidak ada tentara musuh, korban tetap berjatuhan akibat kesalahan sendiri. Hari ini, Kiska tetap menjadi simbol betapa perang tidak selalu tentang pertempuran sengit melawan musuh, tetapi juga tentang bagaimana ketidaktahuan dan ketakutan dapat menjadi musuh terbesar di medan perang.